Ponorogo – Setelah beberapa utusan dari relawan yang hadir di kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Jalan Budi Utomo 10, Kabupaten Ponorogo menyampaikan aspirasinya. Tiba giliran perwakilan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ponorogo yang diwakili H. Sugeng Hariono, anggota Tim 9 yang mengatakan bahwa saat ini, suka atau tidak, diakui atau tidak, pemimpin Ponorogo saat ini telah menganggap umat sebagai barang dagangan.
“Kita ini dianggap tidak lebih dari barang dagangan yang bisa dibeli. Sehingga setelahnya, kita bisa diperlakukan seenaknya, tidak punya martabat,” serunya dengan nada meninggi yang membangkitkan ‘ghirah’ para hadirin yang langsung berteriak ‘betul’.
Menurut pria yang akrab dipanggil Mas Sugeng ini, sikap NU Ponorogo ini bukan berarti NU terjun ke politik, karena NU bukan partai politik. Tapi NU harus bersikap, karena ketika momen pilkada (pemilihan kepala daerah) seperti sekarang ini, banyak warga NU yang menanyakan bagaimana sikap NU agar tidak menjadi komoditi politik kelompok di luar NU.
“Untuk itu, NU Ponorogo kemudian membentuk Tim 9. Dan setelah tim ini, termasuk saya, melakukan survei, hasilnya, banyak warga kami yang mendukung Pak Sugiri Sancoko. Karena mereka menginginkan perubahan. Kondisi seperti yang disampaikan oleh para perwakilan relawan tadi, kami pun mengalaminya,” ujarnya.
Dikatakannya, sebagai partai penguasa hari ini, PDI Perjuangan jangan sampai ‘terbeli’. Karena jika itu terjadi, maka harapan rakyat akan pupus. Mereka tidak tahu lagi kemana harus berkeluh kesah dan menyampaikan aspirasinya, jika partai penguasa yang menaunginya sudah tak mau lagi memperjuangkan nasibnya.
Dihadapan para petinggi partai banteng moncong putih Kabupaten Ponorogo, Mas Sugeng meyakinkan bahwa pihaknya dan para relawan pendukung Sugiri Sancoko tidak akan bisa dibeli. Mereka juga tidak menuntut bayaran. Bahkan mereka siap merogoh kocek sendiri untuk berjuang memenangkan bakal calon yang akrab dipanggil Pak Giri tersebut.
“Karena kita juga takut, kelak kita juga akan dihisab, jika kita melihat pemimpin yang zalim dan kita diam saja,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pernyataan para relawan tentang kondisi yang mereka alami, sebelum Mas Sugeng memberikan sambutan adalah sebagai berikut, para seniman reog mengeluhkan janji palsu bupati tentang pengembangan seni reog. Asosiasi Persewaan Peralatan Pesta yang biasa disebut Paguyuban Sor Terop merasa kecewa dengan tindakan bupati membeli peralatan pesta sendiri dengan harga yang kabarnya mencapai milyaran rupiah, sehingga mereka sudah tidak pernah lagi mendapat job (pekerjaan) dari Pemerintah Kabupaten.
Sedangkan dari paguyuban pedagang kaki lima, mereka mengeluhkan sikap bupati yang tidak jelas, mau dibawa kemana nasib para pedagang yang sampai hari ini tidak mempunyai Peraturan Daerah sebagai payung hukumnya. Begitu juga dengan pedagang di pasar eks stasiun yang hari ini kios atau toko mereka dipasang pagar oleh Pemerintah Kabupaten.
Paguyuban becak motor dan ojek serta unsur relawan yang lain juga menyampaikan kondisi yang hampir sama, menjadi korban kebijakan bupati saat ini. Kondisi inilah yang melatarbelakangi sikap mereka untuk mendukung Sugiri Sancoko maju dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo 9 Desember mendatang. (ian)
0 Comments