jagadpos.id, Gresik - Dalam buku pulau putri karangan Zulfa Usman menyebutkan, bahwa asal usul penamaan Bawean bermula ketika kerajaan Majapahit tengah mencapai puncak masa keemasaannya melalui patih yang sangat terkenal Patih Gajah Mada tengah bercita cita ingin menyatukan Nusantara di bawah kekuasaannya. Kemudian dikirimlah armada prajuritnya ke berbagai daerah seberang.
Namun nasib sial salah satu kapal prajurit yang dikirim mengalami musibah dan terombang ambing di laut jawa. Ditengah laut mereka di terpa angin dan badai, berselimut kabut dan di ayun ayun oleh gelombang besar hingga berminggu minggu lamanya. Banyak diantara mereka yang meninggal dunia lantaran karena tidak kuat menahan lapar dan dahaga serta dinginnya angin di lautan.
Setelah angin mereda dan kabutpun perlahan mulai hilang, tiba tiba terlihatlah gugusan gunung yang masih tampak samar samar di sebelah timur. Tapi kian lama gugusan gunung tersebut semakin terlihat jelas karena sinar matahari yang mulai menerangi pagi. Maka bergegaslah para perajurit Majapahit tersebut menuju ke gugusan gunung yang terlihat itu.
Dengan badan yang sudah lemas, dengan sisa tenaga yang ada, mereka bersusah payah untuk sampai ke gugusan gunung tersebut dengan harapan di tempat tersebut mereka bisa menyambung nyawa.
Dan saking gembiranya terlontar dari mulut pimpinan mereka rangkaian kata BA-WE-AN yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti "Ada Sinar Matahari". Ketika sampai di di tempat yang dituju ternyata tempat tersebut adalah sebuah pulau dan hati mereka merasa lega karena terbebas dari maut.
Untuk mengenang masa masa tersebut akhirnya menyebut pulau ini Pulau Bawean. Pada awalnya nama pulau Bawean adalah pulau Majeti atau Majdi yang memiliki arti uang logam karena merujuk bentuk pulau Bawen yang bulat seperti uang logam.
Kalau dilihat dari peta pulau Bawean hampir tidak kelihatan karena terlalu kecil apalagi jika menggunakan perbandingan skala yang kecil yang cukup besar pulau Bawean hanya berupa titik saja.
Pulau ini memiliki luas sekitar 200 km2. secara administrasi, pulau ini ikut dengan kabupaten Gresik walaupun dari segi bahasa sehari hari masyarakat pulau Bawean menggunakan bahasa Bawean yang mirip dengan bahasa Madura. Namun dari letak posisi memang pulau Bawean lebih dekat dengan Kabupaten Gresik dengan jarak 80 mil.
Menurut Emmanuel Subagun Wartawan Kompas Jakarta bahwa penduduk pulau Bawean adalah campuran dari berbagai suku yang ada di Indonesia sehingga tidak heran di pulau mungil ini banyak sekali ditemui berbagai macam budaya dari berbagai daerah di Indonesia. (beritabawean/jp edit)
0 Comments