jagadpos.id, Madiun - Aksi peduli Desa Pagotan, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, untuk mencegah penyebaran Covid-19 patut ditiru, dengan semangat gotong royong, Pemerintah Desa Pagotan memperdayakan masyarakat untuk memproduksi masker dan di bagikan warga setempat.
Kepala Desa Pagotan, Bekti Ari Nugroho mengungkapkan, pembagian masker Desa Pagotan dianggarkan dari padat karya tunai terpadu daerah (PKTTD), "kami beli rol terus dikasihkan warga, biaya jahit per item Rp 2000, satu rol kemarin ada enam rol dan jadi 2000 lebih masker, target kami 2000," ujar Bekti Ari Nugroho, Kamis (30/4/2020).
Ia menambahkan, padat karya tunai terpadu daerah (PKTTD) pembuatan masker itu untuk penanganan Covid-19, diluar itu banyak, para relawan Desa Pagotan melakukan penyemprotan disinfektan 2 minggu sekali sejumlah rumah warga guna mencegah penyebaran Covid-19, ada 6 bulan pembiayaan Covid-19, sepuluh kali penyemprotan ke rumah warga.
Disamping itu, jelas Bekti Ari Nugroho selain penyemprotan mandiri juga banyak, beli sabun cuci tangan sendiri, sebenarnya bisa dibiayai Desa, namun diperkirakan biaya membengkak akhirnya yang dibiayai masker, "masyarakat senang sekali pada umumnya biaya jahit masker cuma Rp 1500 namun saya naikan Rp. 2000 ada nilai plus," terangnya.
Lebih lanjut, Kades Pagotan menambahkan kalau komunikasi ke warga pakai bende (woro-woro keliling kampung) serta inisiatif mencetak selebaran taplet kerumah-rumah warga, "pembiayaan selama enam bulan terus, posko sukarelawan standby dibagi piket, satu hari ada 3 sift pada intinya on call, dikantor Desa minimal 2 orang biar tidak bergerumbul," ujarnya.
Harapanya, kata Bekti Ari Nugroho, warga jangan panik, warga tenang juga fokus prilaku hidup bersih dan harus berkelanjutan, tidak mewabah di Desa Pagotan, tidak terpapar, semoga cepat selesai Covid-19.
"karena dampak sosial, ekonomi lain-lain kompleks banyak sekali," contoh ketika ada pendatang baru masuk dijauhi dan seterusnya, karena warga banyak kerja diluar daerah begitu pulang juga dicurigai, sedangkan kebiasaan ada tahlilan dan yasinan karena Covid-19, dampak negatifnya banyak, sebelumnya ada kumpulan arisan dan tahlilan sekarang tidak ada karena dilarang berkerumun, yang punya hajatan nikah mau khitanan semua ditunda," ungkap Bekti Ari Nugroho.
Disamping itu, jelas Kepala Desa Pagotan yang dari luar kota pemeriksaan warga Pagotan sehat, ada sangsi sosial tetangganya sudah menegur sendiri, "selain dari kami petugas menyarankan agar yang bersangkutan karantina mandiri, sedangkan yang dikarantina itu sakit greges dikira virus corona karena rasa takutnya masih muncul, di Desa Pagotan yang terpapar kemarin ada yang kebetulan teman dari Desa Geger ,tapi isolasi mandiri selama 14 hari, Alhamdulillah akhirnya dinyatakan negatif," ujar Bekti Ari Nugroho. (s.rud)
0 Comments