Salah satu petani di Desa Muneng, Mujiono menuturkan, akibat serangan hama tikus, padi-padi yang baru disemai harus ditanam ulang kembali.
“Tanaman padi yang rusak sekitar 10 hektare lebih, usai tanam pada malam harinya langsung dikeret tikus hingga ludes,” ujarnya, Rabu (15/1/2020).
Dampak serangan tikus, jelasnya, petani di wilayahnya merugi. Kerugian yang dialami petani sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta per seperempat hektare lahan dalam sekali tanam meliputi biaya traktor dan biaya upah tanam.
Sedangkan pada penanaman kedua atau sulam, petani harus membeli benih per ikat dengan harga Rp 7 ribu, sedangkan untuk seperempat hektare sawah minimal memerlukan 60 ikat benih.
Diakui, belum ada penanganan dari Dinas Pertanian setempat. Selama ini, hama tikus ditangani sendiri oleh petani. Diantaranya, melakukan gropyokan tikus dan antisipasi dengan cara benih padi setelah dicabut dari penyemaian dibiarkan tiga sampai empat hari baru ditanam.
“Saya minta bantuan kepada Dinas Pertanian, untuk Desa Muneng lebih diperhatikan, juga untuk desa yang lainnya,” tuturnya.(s.rud/jp edit)
0 Comments